Membuat Ramuan dengan Campuran Adonan Jawa
Usia Hendy Setiono masih 27tahun. Namun, sepak terjangnya dibidang bisnis tak diragukan lagi.
Berbagai penghargaan bergengsi pernah diraihnya. Apa rahasia dibalik kesuksesannya membangun bisnis waralaba Kebab Turki?
HENDY Setiono bukan lahir dari keturunan keluarga pengusaha. Ibunya adalah seorang guru dan ayahnya bekerja sebagai karyawan di Qatar, TimurTengah. Namun tekad kuat pria kelahiran Surabaya, 30 Maret 1983 untuk mulai berwirausaha di usia 19 tahun patut diacungi jempol. "Saat saya mengunjungi ayah di Qatar, saya melihat kebab laris sekali disana, seperti halnya pecel lele di Indonesia yang banyak di sukai orang. Sejak itu saya jadi terinspirasi untuk membawa kebab ke Indonesia," ujar Hendy.
Berkat kebab inilah nama Hendy sebagai pengusaha muda terukir sukses.Hendy adalah pendiri dan presiden direktur PT Baba Rafi Indonesia. Kebab Turki Baba Rafi adalah hasil inovasi bisnisnya dia memulai bisnis itu dengan modal awal Rp 4 juta.
"Pertama kali saya jualan dengan gerobak di dekat kampus saya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) dan yang beli juga nggak banyak, saya undang kawan-kawan dekat saya di kampus walaupun mereka beli cuma kasihan, tapi saya senang karena mereka mengenal bisnis saya," papar Asias Best Entrepreneur Under 25 Years" majalah Businessweek.
Memperkenalkan kebab ke lidah orang Indonesia, kata Hendy, bukanlah pekerjaan yang mudah. Tak jarang ia mendapat komplain dari pembeli. Akhirnya ia memodifikasi rasa kebab dengan berulangkali melakukan sampling rasa hingga disukai masyarakat Indonesia. "Kebab yang asli dominan cengkeh dan kapulaga tidak terlalu disukai orang. Setelah saya campur dengan ramuan bumbu Jawa
temyata respon masyarakat luar biasa," ujar Bapak tiga anak ini.
Tak hanya itu, tantangan terbesar yang dialaminya ketika membuka bisnis kebab adalah bagaimana cara memperkenalkan kebab yang merupakan makanan khas Timur Tengah ke masyarakat Indonesia. Tantangan awal saya adalah edukasi market. Apalagi karakter orang Indonesia suka mencoba menu-menu baru. Tujuh tahun lalu ketika orang disuruh pilih kebab atau burger, orang pasti banyak pilih burger. Tapi sekarang sudah ada pergeseran, kebab juga banyak disukai orang." kata pemenang "Anugerah Peduli Pendidikan at Company Categorized" dari Ministry of National Education of Indonesia 2010.
Outlet makanan ala Timur Tengah itu kini berjumlah 650 gerai; membentang di hampir seluruh pulau di Indonesia. Dari Sabang sampai pelosok Merauke. Ratusan outlet itu dipantau dan disupervisi dari dua kantor operasional di kawasan Nginden, Surabaya, dan Pondok Labu, Jakarta. Karena itu juga Hendy lebih suka memakai uangnya untuk melebarkan sayap bisnis. Dia yakin bahwa tak boleh ada kata beipuns diri dalam jiwa seorang pebisnis. Dia kini meretas gerai Roti Maryam Aba-Abi, roti khas Timur Tengah. Tak hanya itu, insting bisnis yang kuat membawa pria berbadan subur itu membuka satu lini bisnis makanan yakni Piramida Pizza.
Hendi yakin bahwa mimpi yang terus dise-mai akan bisa mewujud jika diiringi pancang-an semangat yang kuat untuk mewujudkannya. Selain itu untuk memulai bisnis, kala Hendy, diperlukan kreativitas. "Anak muda penuh semangat dan kreativitas. Kalau mencari etos kerja yang tinggi, itu ada di anak muda. Dengan semangat yang kuat bisa jadi modal dasar untuk berbisnis. Mulai dari yang kecil akan bertahap menjadi mengah dan kemudian menjadi perusahaan besar. Kalu kitaberusaha dengan sungguh-sungguh pasti berjalan sukses," tandasnya.
Hendy juga menyampaikan soal kegagalannya dalam membuka usaha. Ia menjalani usahanya ketika itu ia masih menjadi mahasiswa ITS Surabaya. Namun, jalan merintis usaha semuanya tidak berjalan mulus. Ada 13 usaha yang ia buat, namun 7 diantaranya gagal. Kegagalan ini tidak membuat dirinya frustasi, tapi ini sebagai motivasi untuk terus maju, hingga terbilang sukses.
http://bataviase.co.id
Rabu, 10 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar