Minggu, 28 November 2010

Makalah gizi seimbang balita

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.


Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.




B. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya penulisan ini yaitu :
1. Untuk mengenal lebih jelas tentang pemenuhan kebutuhan gizi pada balita
2. Menu makanan ideal untuk balita
3. Serta faktor yang mempengaruhi status nutrisi balita
4. Mendidik kebiasaan makan yang baik, mencakup penjadwalan makan, belajar menyukai, memilih dan menentukan jenis makanan yang bermutu.
5. Masalah-masalah yang mempengaruhi gizi balita


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemenuhan Gizi Pada Balita
1. Mengenal Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.

2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

3. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.

4. Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

5. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).

a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

6. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.

g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.


Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.
1) Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.

3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.

b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
4) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.

Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Menu Makanan Balita
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
• Pukul 06.00 : Susu
• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
• Pukul 14.00 : Susu
• Pukul 16.00 : Makanan selingan
• Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
• Pukul 20.00 : Susu.


Makanan Selingan Balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.

C. Menu untuk Balita yang Sedang Sakit
Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan pengaturan makanannya.
1. Untuk balita dengan panas tinggi
PENDERITA penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.
c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.
d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.

2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)
DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:
a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab diare pada anak.
b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein.
c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).
Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah normal.

Pengaturan makanannya secara umum adalah:
a. Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.
b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.
c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin.
d. Bentuk makanan lunak.

3. Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernapasan
PENYAKIT saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara.
Mengatur makanannya dengan :
a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan hangat.
b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.
c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain. Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding.
d. Hindari makanan yang digoreng.

4. Untuk balita dengan gejala muntah
MUNTAH adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain.

Syarat makanannya:
a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.
b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan susu campur buah supaya segar.
c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-lain.
d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual.

5. Untuk balita dengan gejala batuk
GEJALA batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya.

Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :
a. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum.
b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh membaik.
c. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi dari biasanya.
e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk. Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa menimbulkan batuk seperti cokelat, permen, manisan dan minuman manis.
f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi makanannya.
D. Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Balita
• Perhitungan Berat Badan Ideal
Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir
Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.
2. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sangat diperlukan bagi balita.
3. Dan pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik.
4. Menu makanan yang baik seperti 4 sehat 5 sempurna sangat mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan bagi otaknya.
5. Faktor yang mempengaruhi status nutrisi untuk balita yaitu serat makan dan kemudahan dalam mencerna makanan dari sumber makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh obat yang diminum dan faktor endokrin dan emosional.

B. Saran
1. Pengetahuan ibu harus luas mengenai pemahaman tentang anak.
2. Sebaiknya seorang ibu harus bisa mengatur / memilah-milah makanan untuk balita.
3. Berikan anak makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna karena sangat baik untuk pertumbuhan anak.
4. Jangan lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang teratur untuk pertumbuhan dan kecerdasannya.



DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92
Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002 .
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak, Fakultas Kedokteran UI.
Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT Gramedia. Jakarta.
Almasyhuri . 1998 . Survey Tingkat Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 21 : 15

Rabu, 10 November 2010

MAKALAH PERKEMBANGAN KOGNITIF TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau usia pra sekolah adalah masa dimana anak belum memasuki pendidikan formal. Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya , pengembangan potensi anak yang asal-asalan akan berakibat pada potensi anak yang jauh dari harapan. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini ini sangat penting sekali.karena dengan berbagai tuntutan zaman, anak-anak abad ke dua puluh satu akan menghadapi tantangan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Perubahan pesat terjadi pada setiap aspek kehidupan.
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang secara terminologi disebut sebagai anak usia pra sekolah. Usia demikian merupakan masa peka bagi anak. Para ahli menyebutkan sebagai masa Golden Age, dimana perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan sampai 50 %. Pada masa ini terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan tempo untuk meletakan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik kognitif, bahasa, seni sosial emosional, disiplin diri, nilai-nilai agama, konsep diri dan memandirikan.
Proses perubahan yang dialami oleh anak manusia yang disebut perkembangan (development) secara sederhana perkembangan adalah perubahan individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat. Adapun perkembangan adalah perubahan individu yang berawal dari pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat perkembangan dapat mendefinisikan sebgai pola perubahan organism (individu) baik dalam struktur maupun fungsi (fisik maupun psikis) yang terjadi secara teratur dan terorganisasi serta berlangsung sepanjang hayat.
Perkembangan mencakup perubahan baik dalam struktur maupun fungsi atau perubahan fisik maupun psikis. Perubahan fungsi mengacu kepada perubahan dalam hal aktivitas yang secara interen terdapat dalam struktur fisik tersebut (seperti kelenturan otot, keterampilan bergerak, kemampuan berfikir, reksi-reaksi emosional, dan perubahan-perubahan sejenis lainnya).
Anak usia dini termasuk usia pra sekolah berada pada masa proses perubahan berupa pertumbuhan, perkembangan, pematangan penyempurnaan, baik pada aspek fisik maupun psikis atau jasmani maupun rohani yang berlangsung secara bertahap dan berkelanjutan.



BAB II
Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan, karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai Golden Age (usia emas) usia yang sangat berharga disbanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik.
Sebagaimana menurut Piaget, dikatakan bahwa pada saat seseorang tumbuh menjadi dewasa ia akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya.
Ada tiga perubahan yang akan dialami yaitu : 1. Asimilasi 2. Akomodasi 3. Adaptasi.
Dalam proses Asimilasi, apabila seseorang menerima informasi atau pengalaman baru, informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Dalam proses Akomodasi, struktur kognitif harus disesuaikan dengan informasi yang diterima. Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik kognitif atau ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat. Proses adaptasi akan terjadi jika telah terdapat keseimbangan didalam struktur kognitif yang telah ada.
Belajar menurut Plaget ialah jika seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Penjenjangan ini bersifat hierarkis, empat jenjang yang dilalui adalah sebagai berikut :
1. Jenjang Sensori Motorik (umur 0-2 tahun)
2. Jenjang Operasional Konkrik (umur 6/7 – 11/12 tahun)
3. Jenjang formal (umur 17-18 tahun)
Bruner menyebutkan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan. Tahap pertama adalah tahap enaktif, yaitu saat seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan. Tahap kedua adalah tahap ikonik , saat seseorang melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Tahap ketiga ialah tahap simbolik. Saat seseorang mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa symbol.
Bruner juga mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif dikelas. Misalnya teori belajar yang memprediksi berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan. Sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan materi penjumlahan.
Proses pembelajaran pada PAUD pada umumnya dilandasi oleh dua teori belajar, yaitu: 1. Behaviorisme 2. Konstruktivisme. Kedua aliran teori tersebut memiliki karateristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Aliran Behaviorisme menekankan pada hasil dan proses belajar dan aliran konstruktivisme menekankan pada proses belajar.
SKEMA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

Psikologi Teori Belajar Materi Bidang
Perkembangan Anak (isi bahan kajian) pengembangan


Anak Pengembangan Guru RuangLingkup


Program

Dari gambar diatas dapat dismpulkan bahwa guru sebagai pengembang program harus mampu mengintegrasikan aspek anak dengan aspek secara harmonis untuk itu setiap guru hendaklah bekerja secara seksama pada saat pembuatan program yang dibuatnya akan menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru dituntut dapat membangkitkan motivasi belajar pada diri siswa. Budiono (1998) menjelaskan bahwa salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswabahwa seorang guru dapat menggunakan model pembelajaran yang inovatif sehingga anak didik menikmati kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran untuk PAUD merupakan proses interaksi antara anak, orang tua atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan interaksi yang dibangun tersebut merupakan pembelajaran yang akan dicapai.
Pada hakikatnya anak belajar sambil bermain. Oleh karena itu pembelajaran anak usia dini pada dasarnya adalah bermain.
Dilihat dari tahap perkembangan kognitif Plaget (dalam Miller 1993) anak usia dini prasekolah/kelompok bermain berada pada tahapan pra operasional, yaitu tahapan dimana anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan symbol-simbol melalui kemampuan diatas anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.
Syamsul Yusuf (dalam Masitoh dkk, 2005) mengemukakan perkembangan kognitif pada masa pra sekolah/ kelompok bermain mampu berfikir dengan menggunakan symbol, berfikiran masih dibatasi persepsi.


BAB III
PAUD akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak kita. Sebagai titik awal dari pembentukan SDM berkualitas yang memiliki wawasan, intelektual kerpibadian, tanggung jawab, inovatif, kreatif, proaktif dan partisipatif serta semangat mandiri.
Pendidikan anak memang sudah diawali sejak dini agar anak bias mengembangkan potensinya secara optimal. Anak-anak yang mengikuti PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. Ibarat jalan masuk menuju pendidikan dasar PAUD memuluskan jalan masuk pendidikan dasar. Konsep bermain sambil belajar sambil bermain pada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam.
Komponen yang diakses meliputi seluruh aspek perkembangan anak.
1. Aspek perkembangan fisik motorik
2. Aspek perkembangan kognitif
3. Aspek perkembangan moral
4. Aspek perkembangan social
5. Aspek perkembangan emosional
Perkembangan anak usia dini ini sangat erat kaitannya dengan pembelajaran yang diajarkan di PAUD. Karena melalui berbagai tahapan –tahapan yang mereka lalui maka jelas teori-teori para ahli diatas sesuai sekali dengan perkembangan anak usia dini.


DAFTAR PUSTAKA
• Maimunah, Hasan, Pendidikan anak usia dini, Diva Press , 2009.
• Sutikno, M.Sobri, Belajar Dan Pembelajaran, “Upaya Kreatif dalam mewujudkan Pembelajaran Yang berhasil, Prospek : Bandung, 2008 .
• Drs. H. Isgoni, M.Si, Ph.AD, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Alfabeta, 2008.
• Hildayani, Rini. 2005. Psikologi Pekembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
• Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Hendy Setiono, Jadi Jutawan Berkat Kebab Turki

Membuat Ramuan dengan Campuran Adonan Jawa

Usia Hendy Setiono masih 27tahun. Namun, sepak terjangnya dibidang bisnis tak diragukan lagi.

Berbagai penghargaan bergengsi pernah diraihnya. Apa rahasia dibalik kesuksesannya membangun bisnis waralaba Kebab Turki?

HENDY Setiono bukan lahir dari keturunan keluarga pengusaha. Ibunya adalah seorang guru dan ayahnya bekerja sebagai karyawan di Qatar, TimurTengah. Namun tekad kuat pria kelahiran Surabaya, 30 Maret 1983 untuk mulai berwirausaha di usia 19 tahun patut diacungi jempol. "Saat saya mengunjungi ayah di Qatar, saya melihat kebab laris sekali disana, seperti halnya pecel lele di Indonesia yang banyak di sukai orang. Sejak itu saya jadi terinspirasi untuk membawa kebab ke Indonesia," ujar Hendy.

Berkat kebab inilah nama Hendy sebagai pengusaha muda terukir sukses.Hendy adalah pendiri dan presiden direktur PT Baba Rafi Indonesia. Kebab Turki Baba Rafi adalah hasil inovasi bisnisnya dia memulai bisnis itu dengan modal awal Rp 4 juta.

"Pertama kali saya jualan dengan gerobak di dekat kampus saya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) dan yang beli juga nggak banyak, saya undang kawan-kawan dekat saya di kampus walaupun mereka beli cuma kasihan, tapi saya senang karena mereka mengenal bisnis saya," papar Asias Best Entrepreneur Under 25 Years" majalah Businessweek.

Memperkenalkan kebab ke lidah orang Indonesia, kata Hendy, bukanlah pekerjaan yang mudah. Tak jarang ia mendapat komplain dari pembeli. Akhirnya ia memodifikasi rasa kebab dengan berulangkali melakukan sampling rasa hingga disukai masyarakat Indonesia. "Kebab yang asli dominan cengkeh dan kapulaga tidak terlalu disukai orang. Setelah saya campur dengan ramuan bumbu Jawa
temyata respon masyarakat luar biasa," ujar Bapak tiga anak ini.

Tak hanya itu, tantangan terbesar yang dialaminya ketika membuka bisnis kebab adalah bagaimana cara memperkenalkan kebab yang merupakan makanan khas Timur Tengah ke masyarakat Indonesia. Tantangan awal saya adalah edukasi market. Apalagi karakter orang Indonesia suka mencoba menu-menu baru. Tujuh tahun lalu ketika orang disuruh pilih kebab atau burger, orang pasti banyak pilih burger. Tapi sekarang sudah ada pergeseran, kebab juga banyak disukai orang." kata pemenang "Anugerah Peduli Pendidikan at Company Categorized" dari Ministry of National Education of Indonesia 2010.

Outlet makanan ala Timur Tengah itu kini berjumlah 650 gerai; membentang di hampir seluruh pulau di Indonesia. Dari Sabang sampai pelosok Merauke. Ratusan outlet itu dipantau dan disupervisi dari dua kantor operasional di kawasan Nginden, Surabaya, dan Pondok Labu, Jakarta. Karena itu juga Hendy lebih suka memakai uangnya untuk melebarkan sayap bisnis. Dia yakin bahwa tak boleh ada kata beipuns diri dalam jiwa seorang pebisnis. Dia kini meretas gerai Roti Maryam Aba-Abi, roti khas Timur Tengah. Tak hanya itu, insting bisnis yang kuat membawa pria berbadan subur itu membuka satu lini bisnis makanan yakni Piramida Pizza.

Hendi yakin bahwa mimpi yang terus dise-mai akan bisa mewujud jika diiringi pancang-an semangat yang kuat untuk mewujudkannya. Selain itu untuk memulai bisnis, kala Hendy, diperlukan kreativitas. "Anak muda penuh semangat dan kreativitas. Kalau mencari etos kerja yang tinggi, itu ada di anak muda. Dengan semangat yang kuat bisa jadi modal dasar untuk berbisnis. Mulai dari yang kecil akan bertahap menjadi mengah dan kemudian menjadi perusahaan besar. Kalu kitaberusaha dengan sungguh-sungguh pasti berjalan sukses," tandasnya.

Hendy juga menyampaikan soal kegagalannya dalam membuka usaha. Ia menjalani usahanya ketika itu ia masih menjadi mahasiswa ITS Surabaya. Namun, jalan merintis usaha semuanya tidak berjalan mulus. Ada 13 usaha yang ia buat, namun 7 diantaranya gagal. Kegagalan ini tidak membuat dirinya frustasi, tapi ini sebagai motivasi untuk terus maju, hingga terbilang sukses.

http://bataviase.co.id

Selasa, 09 November 2010

Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Menjadi Entrepreneur ??

Menjadi entrepreneur bisa dimulai pada usia berapa pun. Keputusan untuk menjadi atu tidak menjadi entrepreneur sangat personal sifatnya. Demikian pula dengan waktu yang tepat untuk beralih jalur, dari pegawai menjadi entrepreneur. Keputusan ini perlu didiskusikan dengan keluarga dan sahabat. Keputusan ini akan sangat tergantung pada selera kita akan resiko. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, juga tidak ada waktu benar atau salah. Dasar-dasar pengambilan keputusan itu harus datang dari diri sendiri.

Yang sangat penting adalah, ketika memutuskan untuk beralih jalur, kita siap mengambil tantangan-tantangan yang akan menghadang. Menjadi pegawai, kita memiliki penghasilan tetap, ada jaminan kesehatan dan berbagai fasilitas lainnya. Ketika kita memutuskan untuk menjadi entrepreneur, fasilitas ini langsug hilang. Menjadi entrepreneur memang penuh resiko. Sejalan dengan resiko yang tinggi, bila berhasil, manfaat yang diperoleh pun jauh lebih besar.

Karenanya, penting kita membangun pondasi yang kuat di atas mana kita akan membangun bisnis kita. Itu artinya kita perlu membereskan hidup kita terlebih dahulu. Biasakan untuk menyisihkan sebagian penghasilan sebagai pegawai, untuk diinvestasikan. Kombinasi antara investasi properti, reksadana, dan deposito bisa menjadi pilihan. Aset ini akan sangat berguna ketika kita beralih jalur.

Selain membangun aset materi, bangun juga aset yang lain: pengalaman kerja, jejaring dan mulai memikirkan ide-ide bisnis, dan segmen pasar yang akan dituju nantinya.Timbalah ilmu dari para entrepreneur yang sudah lebih dulu terjun. Pelajari sisi sukses dan gagalnya. Tuangkan ide bisnis dalam suatu business plan sedaerhana. Buatlah satu business plan untuk tiap ide bisnis utama. Lakukan sedikit riset tentang pasar yang akan dituju, buat proyeksi penjualan dan gambaran laba ruginya agar kita punya bayangan ide yang mana lebih menjanjikan.

Memulai bisnis sendiri dalam skala kecil dan ketika belum memiliki tanggungan, dapat memiliki keuntungan tersendiri. Suatu bisnis biasanya mengalami beberapa kegagalan sebelum berhasil. Dari setiap kegagalan kita akan belajar banyak. Memulainya lebih awal memberikan kesempatan belajar secara lebih dini. Mengambil analogi tulang muda yang lebih mudah pulih ketika patah atau retak, gagal pada usia muda biasanya lebih mudah untuk bangun lagi.

www.qbheadlines.com, Leadership & Entrepreneurship Portal

Tips Membangun Jiwa Usaha Entrepreneur

1. Sugesti diri pribadi.
Berkatalah selalu "aku bisa... aku bisa..!!" sekuat dan sekencang mungkin, apalagi ketika kita berada pada kondisi ketakutan dan ketidakmampuan. Sugesti ini akan menimbulkan energi positif dalam pribadi dan membuat kita menjadi berpikir positif dan berani menghadapi tantangan. Akan lebih baik lagi jika teriakan ini diikuti oleh gesture tubuh yang menunjang. Seperti, dada dibusungkan, kaki berdiri lurus, tangan mengepal ke udara, dan segala sesuatu yang membuat kita lebih nyaman dan lebih bersemangat.

2. Berkumpullah bersama pengusaha untuk mengatahui seperti apa dunia kewirausahaan itu.
Tak kenal maka tak tahu, tak tahu maka tak sayang. Ungkapan ini tepat untuk menggambarkan tips yang dijelaskan di atas. Dengan berkumpul dengan pengusaha website murah, maka kita akan tahu seperti apa dunia usaha yang sebenarnya, sehingga argumen2 yang menggejolak di dalam diri kita akan terkoreksi ketika mengetahui seperti apa dunia wirausaha yang sebenarnya.

3. Kalau belum berani mengeluarkan modal untuk memulai berwirausaha, kenapa tidak mencoba menghilangkan ketakutan itu??
Kebanyakan orang takut berwirausaha karena mereka takut uang mereka akan menjadi miskin, atau mereka akan dijerat mafia dunia bisnis, atau waktu mereka akan banyak tersita, dan alasan2 lainnya. Bagaimana jika kita berhasil mengalahkan ketakutan yang lebih mengerikan dibanding ketakutan yang muncul ketika berwirausaha? Sebagai contoh, jika kita takut kehilangan uang, apa yang membuat kita lebih takut dibanding kehilangan uang? Mungkin reputasi? atau istri? Mungkin nyawa? Bagaimana jika kita mengatasi ketakutan2 itu dulu? Seandainya kita lebih takut kehilangan reputasi ketimbang kehilangan uang. Lakukanlah hal2 yang membuat kita beresiko kehilangan reputasi, seperti berperilaku bagai orang gila. Seandainya perasaan kita tidak merasa takut setelah melakukan hal tersebut, maka tentu kita tak akan takut lagi kehilangan??

4. Perbanyak bahan referensi entrepreneurship.
Agar kita lebih yakin untuk melangkah, kita butuh buku panduan . Dengan buku panduan, selain kita lebih yakin, kita juga menjadi lebih berani dalam mengambil keputusan dalam dunia usaha kosmetik wajah. Ketakutan kita juga akan semakin berkurang dikarenakan kita telah menguasai buku panduan kita dalam mengarungi samudera entrepreneurship.

5. Jangan cuma diam dan membaca, Lakukan sekarang!!
Ada pepatah yang bilang, seseorang pasti bisa kalau dipaksa. Sebenarnya segala ketakutan anda mengenai dunia usaha perlahan pasti akan luntur seandainya anda langsung mencoba terjun untuk berwirausaha contoh menjadi penerbit majalah. Perlahan tapi pasti anda akan mengerti bagaimana cara me-manage segala ketakutan dalam dunia usaha sehingga kita lebih berani.
Masih takut ber-wirausaha?

http://tips-membangun-jiwa-usaha-entrepreneur.html

Senin, 08 November 2010

Makalah Motivasi Belajar

BAB I

MOTIVASI BELAJAR

A.Devinisi Motivasi Belajar
Secara etimologi motifasi artinya dorongan, kehendak, alas an atau kemauan. Motifasi adalah tenaga-tenaga (forcer) yang membangkitkandan mengarahkan kelakuan individu.

Motifasi tidak dapat diamati secara langsung akan tetapi dapat diinteprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku yang tertentu.

Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern ( kesiapsiagaan ). Berawal dari kata motif itu maka motifasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu. Terutama bilakebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.

Prinsip-prinsiop motivasi belajar: (1) proses internal yang mengaktifkan, memadu dan mempertahankan prilaku dari waktu ke waktu. (2) dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan pemberdayaan antribusi. (3) Dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa. (4) Dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran yang memiliki kontigen (keterkaitan), spesifik dan dapat dipercaya.



B.Jenis motivasi

Dari dasar pembentukannya : Bawaan dan yang dipelajari, menurut pembagiannya : karena kebutuhan organis, darurat, obyektif, jasmani, rohani, intrinsic dan ekstrinsik.

Unsur-unsur dalam lingkungan motivasi :

1. kebutuhan. “Maslow : fisiologi, rasa aman, social, harga diri dan aktualisasi diri. Ms Clleland :kekuasaan, kelompok/sahabat, berprestasi. Frenderick Herzberg : menutup kekurangan dan pengembangan.” 2. dorongan. 3. tujuan.



C.Fungsi Motifasi

Mendorong manusia untuk berbuat, menetukan arah perbuatan menyeleksi perbuatan dan pendorong usaha dan pencapaian prestasi.



D. Sifat motivasi

Motifasi instrinsik yaitu yang berasal dari diri sendiri, motivasi ekstrinsik yaitu dapat berfungsi karena di rangsang dari luar, motivasi diperkaya yaitu yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan harapan agar sisiwa-siswi lebih giat belajar.



E. Proses motivasi

Motivasi dalam pembelajaran. Proses motivasi adalah suatu proses dimana tenaga sebagai tenaga atau kebutuhan dari murid di arahkan kepada obyek-obyek dalam lingkungan sekitarnya.

Peran motivasi dalam belajar. Peran penting motivasi dalam belajar : (a) Menentukan hal-hal yang dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan yang hendak dicapai (c) menentukan ketekunan belajar. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar, motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya dapat dipecah berkat bantuan hal-hal yang pernah dia lalui.

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar. Hal ini erat kaitannya dengan pemaknaan belajar. Anak akan tertarik belajar sesuatujika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnyabagi anak.

Motivasi menentukan ketekunan belajar.

Bentuk-bentuk motivasi dalam sekolah : memberi nilai, hadiah, persaingan sehat, hasrat untuk belajar, keterlibatan diri dalam tugas, sering memberikan ulngan, memberitahukan hasil,kerja sama, tugas yang menantang, pujian, teguran dan kecaman, hukuman, taraf aspirasi, minat, penciptaan suasana yang menyenangkan, tujuan yang disukai dalam petunjuk-petunjuk singkat.

Kebutuhan tampak dalam prilaku. Beberapa indikasi tentang berbagai macam perilaku murid-murid diantaranya: (1) bagaimana siswa-=siswi memandang dunia di sekitarnya ? (2) Bagaimana siwa-siswi tersebut bereaksi terhadp guru,pelajaran dan kawan-kawannya?

Teori kebutuhan.

· Kebutuhan fisiologis

· Kebutuhan rasa aman Kebutuhan mempertahankan diri

· Kebutuhan cinta

· Kebutuhan harga diri Kebutuahn mengembangakan diri.

· Kebutuhan aktualisasi diri



BAB II

KESULITAN BELAJAR

A.PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR

Kesulitan belajar merupakan suatu bentuk ganguan dalam satu atau lebih dari factor fisik atau psikis yang mendasar yang meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan yang dengan sendirinya muncul sebagai kemamppuan tak sempurna untuk mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca dan lain sebagainya.



B.FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULIATAN

1. Internal ( faktro dari dalam diri manusia itu sendiri): faktor fisiologis ( fisik /jasmani ), faktor psikologis.

2. Eksternal ( faktor dari luar manusia ) : non social ( keluarga / ekonomi ), social.

Dari kedua factor Smith menambah : metode belajar dan mengajar, masalah social dan emosional, intelek dan mental.

Faktor internal: kurang sehat, ada juga penyabab kesuliatn belajar karena cacat tubuh. Intelegensi; anak normal (90-110), cerdas ( 110-140), genius (140 keatas) dan lemah mental ( kurang dari 90),mereka itu tergolong dari debit, embisit dan ediot. Golongan debit walaupun umur 25th kecerdasannya seperti umur 12th . Golongan embisit hanya mampu mencapai tingkat anak normal 7th . Golongan ediot kecakapannya mampu mencapai tingkat anak normal umur 3th. Bakat ; potensi atau kecakapan dasr yang dibawa sejak lahir. Minat ; Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatau pelajaran akan menimbulkan kesuliatn belajar. Motivasi ; Sebagai factor inner ( batin ) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Faktor kesehatan mental.

Faktor eksternal : Faktor keluarga, Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi keadaan mental anak. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Orang tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh-tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya akan menjadi penyebaba kesulitan belajar. Orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia tidak mau anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan sangat bergantung pada orang lain, hingga malas berusaha, malas menyampaikan tugas-tugas sekolah, hingga prestasinya menurun. Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan factor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan anak. Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anak, segala yang diperbuat orng tua tanpa disadari akan ditiru anak-anaknya. Faktor ekonomi keluarga, keadan ekonomi keluarga digolongkan dalam beberapa katagori : ekonomi yang kurang / miskin, kurangnya biaya, tempat belajar yang tidak baik. Aspek psikologi perkembangan dari kesuliatan belajar, Dari aspek psikologi perkembangan, ada pola perkembangan yang bersifat umum dan ada yang bersifat individual. Kelambatan kematangan, kesulitan belajar dapat dipandandang sebagai kelambatan kematangan fungsi neurology tertentu, tiap individu memiliki laju perkembangan yang berbeda-beda, baik dalam segi motorik, kognetif maupun efektif. Anak kesulitan belajar tidak terlalu berbeda dengan dari anak yang tidak kesulitan belajar dan kelambatan kematangan ketrampilan tertentu dipandang sebagai sifat sementara. Anak-anak yang lebih muda dan kurang matang dalam suatu tingkat kelas di sekolah akan cendrung mengalami kesuliatan belajar yang lebuh berat dari pada anak-anak yang lebih tua di kelasnya.Tahapan-tahapan perkembangan, tahapan-tahapan perkembangan kognitif hal ini erat kaitannya dengan kesulitan belajar di sekolah. Aspek-aspek stuktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu yaitu fungsi mental yang mencakup persepsi, pikiran symbol, penalaran dan pemecahan masalah. Tahapan-tahapan perkembangan kognetif : (1) tahap sensorik usia 0-2th, (2) tahap praoperasional usia 2-7th, (3) tahap kongrit operasional usia 7-11th, (4) tahap operasional usia 11 ke atas. Implikasi teori perkembangan bagi kesulitan belajar, implikasi yang yang bermakna untuk memahami dan mengajar anak kesulitan belajar. Kemampuan kognitif dan kwalitatif berbeda dari orang dewasa, kemapuan kognitif berkembang menurut cara yang berurutan yang tadak dapat diubah. Sekolah hendaknya merancang pengalaman belajar untuk mempertinggi kemantapan perkembangan alami.



C. USAHA-USAHA MENGATASI KESULITAN BELAJAR

Analisis perilaku dan pembelajaran langsung, (1) merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh anak, (2) Menganalisis tujuan pembelajaran kedalam tugas-tugas khusus, (3) Menyusun tugas-tugas tersebut kedalam suatu urutan yang logis, (4) Menentukan tugas-tugas yang telah dan yang belum dikuasai anak, (5) Mengajarkan tugas-tugas yang belum dikuasai oleh anak dengan memperhatikan aspek GSI, (6) Mengajarkan hanya satu tugas untuk satu waktu tertentu dan baru mengajarkan tugas-tugas selanjutnyaapabila tugas sebelumnya telah dikuasai oleh anak, (7) Melakukan evaluasi untuk menentuka program pembelajaran dengan menggunakan analisis gender dan social inklusi dengan langkah berikutnya. Tahapan-tahapan belajar : Perolehan ( acquision ), kecakapan ( Profisiensy ), pemeliharaan ( maintenance ), generalisasi (generalization ). Implikasi teori behavioral bagi kesulitan belajar : (Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran efektif, pendekatan pembelajran langsung dapat digabungkan dengan berbagai pendekatan lain, tahapan belajar anak harus dipertimbangakan dalam merancang pembelajaran. Aspek psikologi kognitif berkenaan dengan proses belajar, berfikir dan mengetahui. Kemampuan kognitif merupakan kelompok ketrampilan mentall yang esensialpada fungi-fungsi kemanusiaan. Rancangan pembelajaran yang berbeda yang berasal darimteori ini : Melatih proses yang kurang, Mengajar melalui proses yang sangat disukai.



D. JENIS-JENIS KESULITAN BELAJAR

1.Learning disabilities (LD) : Ketidak mampuan seseorang yang mengacu pada gejala dimana anak tidak mampu balajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajarnya dibawah potensi intelektualnya. Kegagalan yang sering dialami anak LD adalah dalam hal pemahaman, penggunaan pendengaran, berbicara, membaca, mengeja, berfikir menulis, berhitung dan ketrampilan social. Hal ini dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari keterbelakangan mental rata-rat samapi yang berintelijensi tinggi. Ciri-ciri LD : Daya ingatnya terbatas (relative kurang baik), sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca, lambat dalam mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya, bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda matematika, biasanya kesulitan dalam mengurutkan angka secara benar, sulit dalam mempelajari ketrampilan baru, sangat aktif dan tidak bisa menyelasaikan tugas atau kegiatan dengan tuntas, bertindak tanpa berfikir terlebih dahulu, sulit konsentrasi, sering melanggar aturan yang ada, tidak mampu disiplin atau sulit merencakakan kegiatan sehari-hari, emosional, sering menyendiri, pemurung mudah tersinggung, cuek terhadap lingkungan,menolak bersekolah, tidak stabil dalam memegang alat-alat tulis, klacau dalam memahami hari dan waktu, kebingungan dalam membedakan jika diminta menunjukkan nama tanggal kiri atau kanan , belok kiri atau kanan. Faktor-faktor penyebab LD : factor keturuna (genetik) dan gangguan koordinasi. 2. Underachiever : Seseorang dalam melakukan kegiatatn banyak berkaitan dengan kemampuan yang ia miliki. Kemampuan tinggi, maka kecendrungan prestasi seseorang akan tinggi pula, Underachievement merupakan suatu menomena manusia yanguniversal dan menjadi cirri khas seorang individu. Ada tiga macam siswa berprestasi di bawah kemampuannya : 1. Siswa berprestasi dibawah kemampuannya yang kronis ( chronic underachiever ), 2. Siswa berprestasi dibawah kemampuannya yang situasional ( situational underachiever ), 3. Siswa berprestasi dibawah kemampuannya yang tersembunyi ( hidden underachiever ). Siswa berprestasi kurang secara total untuk seluruh bidang studi, siswa berprestasi kurang secara persial untuk gejalanya hanya sebagian saja dari variabel kemampuan intelektual maupun prestasi. Prestasi di bawah kemampuan merupakan suatu kondisi adanya ketimpangan antar prestasi akademik seseorang dengan kemampuan intelektual yang dimilikinya. Ciri-ciri underachiever : Lebih banyak mengalami kekecewaan dan mampu mengontrol diri terhadap kecemasannya, kurang mampu menyesuaikan diri dan kurang percaya pada diri sendiri, kurang mampu mengikuti otoritas, kurang mampu dalam penerimaan social, kegiatanya kurang berorientasi pada akademik dan social, lebih banyak mengalami konflik dan ketergantungan, sikap negatif terhadap sekolah, kurang berminat dalam membaca dan menghitung, kurang mampu menggunakan waktu luang, menunjukkan gejala psikotik dan neorotik. Faktor-faktor penyebab Underachiever : Rendahnya dukungan orang tua, kebiasaan belajar, lingkungan belajar. 3. Slow learner : Siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Ciri-ciri Learner : Perhatian dan konsentrasi singkat, reaksinya lambat, kemampuan terbatas untuk mengerjakan hal-hal yang abstrak dan menyimpulkan, kemampuan terbatas dalam menilai bahan yang relevan, kelambatan dalam menghubungkan dan mewujudkan ide dengan kata-kata, gagal mengenal unsur dalam situasi baru, belajar lambat dan mudah lupa, berpandangan sempit, tidak mapu menganalisa, memecahkan dan berfikir kritis. Faktor-faktor penyebab Slow learner : menggambarkan adanya sesuatu yang kurang sempurna pada pusat susunan syaratnya. Ditinjau segi waktu ada 3 : (1) Masa sebelum dilahirkan ( masa pranata ). (2) Masa kelahiran (masa nata). (3) Masa setelah dilahirkan ( masa postnatal ). Kesulitan belajar yang dialami oleh anak MI diantaranya : Hiperactive/hiperaktif, Distractibility Child, Poor selt Concept, Impulsive, Distractive Behavior, Dependency, Withdrawl, Underachiever, Overachiever, Slow Learner, Sosial Interception.



BAB III.

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

A. Pengertian diaknosis kesulitan belajar adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Dapat berupa : (a) Jenis kasulitan belajar (b) Faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan (c) Faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar. Karena diagnosis adalah penetuan jenis penyakit dengan meneliti atau memeriksa, misalnya dilakukan oleh : dokter, psikolog, psikiater, sosiolog, guru kelas, orang tua.



B. Prosedur diagnosis : Melakukan obserfasi kelas, memeriksa pendengaran dan penglihatan, mewawancarai orangtuanya, memberikan tes diagnosis bidang kecakapan tertentu, memberukan tes kemampuan intelegensi. Identifikasi, menentukan prioritas, menentukan potensi anak, menentuka taraf kemampuan, menentukan gejala kesulitan, menganalisis factor-faktor terkait dan menyusun rekomendasi untuk pelajaran remedial.



C. Prinsip diagnosa : (1) terarah pada perumusan metode perbaikan, (2) efesiensi, (3) menggunakan catatan kumulatif, (4) memperhatikan berbagai informasi yang terkait, (5) valid dan variable (6) mengunakan tes baku (kalau mungkin), (7) penggunakan prosedur informal, (8) kuantitatif, (9) berkesinambungan.



D. Pendekatan diagnosis : Pendekatan perceptual, pendekatan pengembangan, pendekatan linguistic.



E. Analisis hasil diagnosis : Informasi yang diperoleh guru melalui diagnortik kesulitan belajar tadi perlu, dianalisis sedemikian rupa. Guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah ini dapat dikatagorikan menjadi tiga : guru sendiri, guru dengan bantuan orang tua dan tidak ditangani oleh guru maupun orang tua. Kasus-kasus tuna graita ( lemah mental ) dan kecanduan narkoba. Dalam,hal menyusun pengajaran perbaikan ( remedial teaching ) sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal: tujuan pembelajaran, materi pengajaran, metode pengajaran, alokasi waktu pengajaran, evaluasi kemajuan siswa.



F. Prosedur diagnosis Kesulitan belajar : siapakah yang mengalami kesulitan belajar ?, dimanakah kelemahan-kelemahan dalam dilokalisasikan ?, dimana kelemahan-kelemahan itu terjadi ?, penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan ?.



G. Teknik diagnosis belajar : mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar, melokalisasi letaknya kesulitan belajar, melokalisasi jenis sifat dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami, memperkirakan kemungkinan bantuan, meletakkan kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar, tindak lanjut. Teknik pengobatan : keluarga, medis, terapi.

H. Kiat menangani kesulitan belajar : Analisis hasil diagnosis, menentukan kecakapan bidang bermasalah, menyusun program perbaikan dan melaksanakan program perbaikan.



BAB IV.

KESIMPULAN

Motivasi memiliki peranan penting dalam proses belajar seseorang. Kita harus mengetahui pengertian dari motivasi itu sendiri, agar kita dapat memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, mulailah tingkatkan motivasi belajar kita supaya apa yang kita cita-citakan dapat terwujud sesuai dengan yang kita harapkan.


Daftar Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri., Psikologi Belajar. Cet I. Jakarta: Rineka Cipta. 2002
A. M. Sardiman. Motivasi Belajar. Cet V. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1994