Minggu, 04 November 2012

Desain Sistem Informasi Psikologi : ALZHEIMER DISEASE




ALZHEIMER’S DISEASE
Alzheimer’s disease adalah suatu bentuk deteriorasi mental yang progresif. Gangguan ini mungkin penyebab dementia yang sangat umun di kalangan orang-orang tua. Alzheimer’s disease dialami wanita tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pria. Orang yang mengalami gangguan ini akan mengalami deteriorasi progresif dalam fungsi mental yang meliputi ingatan, bahasa, dan pemecahan masalah (Crystal, 1988; Wilson & Kaszniak, 1986). Hal yang menyangkut ingatan adalah individu menjadi lupa . Akan tetapi sifat pelupa itu sendiri bukan merupakan  indikasi adanya Alzheimer’s disease (Davies, 1988). Misalnya, seseorang yang lupa akan tempat dimana dia telah meletakan gelas. Kehilangan ingatan ini mungkin secara normal terjadi sebagai bagian  dari proses usia lanjut, tetapi kecurigaan akan Alzheimer’s disease muncul bila  gangguan kognitif mempengaruhi kemampuan individu untuk berfungsi dalam pekerjaan sehri-hari dan peran-peran sosial.
Alzheimer’s disease diduga akan menimpa keturuan dari orang yang menderita gangguan ini . Semakin cepat timbulnya Alzheimer’s disease, maka semakin besar juga kemungkinan keturunan dari orang tersebut mengalami gangguan ini.
Dementia Alzheimer adalah suatu penyakit bukan hanya degenerasi otak dari orang – orang yang sudah lanjut usia. Kerusakan otak pertama-tama terjadi pada selaput otak dan hippocampus yaitu daerah-daerah  otak yang sangat penting untuk fungsi-fungsi kognitif dan ingatan . Pada tahap-tahap awal, penderita biasanya menjadi pelupa, masalah utamanya adalah ingatan jangka pendek , dan dalam beberapa  kasus masalh dengan ingatan jangka pendek itu begitu hebat sehingga individu tidak mampu mempertahankan ingatan cukup lama untuk melakukan tindakan yang memiliki tujuan. Masalah ini disebut dengan abulia kognitif. Misalnya, seorang individu memasuki suatu ruangan untuk melakukan sesuatu, tetapi begitu sudah berada dalm ruangan itu, ia mungkin sama sekali lupa mengapa ia pergi keruangan itu. Hal itu kadang-kadang terjadi pada orang yang normal, tetapi pada pasien Alzheimer’s disease  masalah tersebut selalu terjadi.
Ciri-ciri penyakit Alzheimer’s disease
Pada tahap awal umumnya pengaruh-pengaruhnya hanya terbatas pada kesulitan-kesulitan ingatan
Ketika Alzheimer’s disease itu berkembang , maka orang kan mengalami kesulitan  untuk pergi ke toilet dan mandi sendiri (Reisberg, et al., 1986). Terjadi celah-celah yang besar dalam ingatan mereka terhadap peristwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang baru saja terjadi. Tidak dapat mengingat alamat atau mereka mungkin lupa akan nama dari anggota pasangan hidup mereka (Reisberg,  et al., 1986). Mereka juga tidak dapat mengingat peristiwa-peristiwa yang jauh (ingatn jangka panjang). Mereka pada umumnya tidak dapat mengingat nama-nama sekolah, orang tua, dan tempat kelahiran mereka. Mereka tidak dapat berbicara  dalam kalimat-kalimat lengkap dan respons-respons verbal mungkin hanya terbatas pada beberapa kata.
Dalam tahap yang sangat berat (tahap terakhir) dari gangguan tersebut, fungsi-fungsi kognitif menurun sampai pada titik tidak berdaya. Fungsi ingatan jangka pendek dan jangka panjang lama hilang. Individu tidak hanya tidak mampu mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tetapi ia juga tidak mampu mengenal para anggota keluarganya, seperti anak-anaknya sendiri. Dalam tahap ini penderita Alzheimer mengalami disorientasi  dan mungkin juga tidak mampu memelihara dirnya sendiri. masalh dengan sistem-sistem lain juga berkembang  misalnya, individu kehilangan control memorik
Orang yang mengalami penyakit Alzheimer  juga mengalai simtom-simtom, seperti apati, pasivitas, kehilangan energy, minat, antusiasme, afeksi, dan kadang-kadang egosentrik, tidak peka dan tida bisa dikendalikan (Cummings,1992). Bnayak juga orang yang mederta ini mengalami ledakan amarah dan menyerang orang yng merawatnya. Kira-kira 30-40% para penderita Alzheimer  mengalami depresi. Halusinasi hanya sedikit yang dialami oleh penderita Alzheimer tetapi delusi sering terjadi kir 30-50 % mengalami delusi paranoid, seperti berfikir bahwa pasangan hidupnya tidak etia , delusi dirampok , dsb (Wragg&Jaste, 1989)
Ada kemungkinan bahwa indvidu mengalami suatu kebingungan kognitif dan tidak bisa mengontrol sumber-sumber eksternal. Dengan kata lain, bukannya bekata ,”Aku tidak dapat menemukan sesuatu karena aku sudah tua dan ingatanku hilang,” melainkan individu mungkin berkata,” Aku tidak dapat menemukan sesuatu karena orang lain mengambilnya tau menyembunyikannya.”
SIMTOM
Simtom-simtom utama adalah afasia (tidak bisa bicara sma sekali) dan aprakasia ( gangguan dalm bercakap-cakap). SImtom-simptom lain dibagi atas tiga tingkat, yakni pada tingkat pertama, daya apersepsi dan daya ingatan kurang ada perubahan intelek, dan cepat kehilangan ingatan khususnya pada kejadian masa sekarang, individu sangat depresif, mudah cemas, gelisah, dan cepat marah, menjadi apatis, delirium, bingung kadang-kadang euforis, adakalnya bertingkah laku antisocial dan immoral , terdapat juga gangguan bahasa. Pada tingkat kedua, ganggun intelek, emosi, dan ingatan semakin parah, bertambah depresif, sikapnya sering bermusuhan, apatis, tetapi kemudian berganti dengan euforis, tertawa dan menangis silih berganti, tidak tenang, suka berjalan-jalan tau berpergian tanpa tujuan. Pada tingkat ketiga, simtom-simtom sama seperti  tingkat lanjut yang disertai oleh penyakit-penyakit jasmaniah lain. Proses penyakit Alzheimer ini snagat  cepat dan berakhir dengan kematian.

Daftar Pustaka:

Semiun, Y., 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius