Kamis, 12 April 2012

Perubahan perilaku anak yang mengalami perubahan kelas sosial ekonomi

Kasus:
A berasal dari keluarga berada tetapi pada beberapa tahun kemudian keluarganya mengalami masalah finansial . Akibat dari situasi itu terjadilah perubahan perilaku kearah yang negative seperti, pelarian ke obat-obatan terlarang dan minuman keras untuk memuaskan dan menenangkan diri dari masalah yang bertubi-tubi datang di kehidupannya. Dari mulai dikucilkan tetangga, teman sebaya dan kurangnya perhatian dari orangtua. Perilaku seseorang dapat berubah seiring dengan keadaan keadaan dan lingkungan dimana ia tinggal.
Berkaitan dengan kasus diatas dapat di atasi dengan menggunakan metode makna hidup atau eksistensial .
Eksistensial
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang berusaha memahami kondisi manusia sebgaimana memanifestasikan dirinya di dalam situasi-situasi kongkret. Kondisi manusia yang dimaksud bukanlah hanya berupa ciri-ciri fisiknya (misalnya tubuh dan tempat tinggalnya), tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat itu (misalnya perasaan senangnya, kecemasannya, kegelapannya, dan lainnya). Manusia eksistensial lebih sekedar manusia alam (suatu organisme/alam, objek) seperti pandangan behaviorisme, akan tetapi manusia sebagai “subjek” serta manusia dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, yakni sebagai kesatuan individu dan dunianya.
Di samping itu, konseling eksistensial didasarkan pada model pertumbuhan dan mengkonsepkan kesehatan dan bukan keadaan sakit atau penyakit. Klien tidak dipandang sebagai seorang yang sakit, melainkan sebagai orang yang bosan hidup atau merasa enggan menjalani kehidupan.Klien harus aktif dalam kegiatan proses konseling, oleh karena selama sesi konseling mereka harus menentukan jenis rasa takut, rasa bersalah, dan kecemasan yang akan mereka eksplorasi. Di samping itu, klien juga berperan dalam mengambil keputusan untuk masuk dalam kegiatan konseling.

Makna hidup
Kajian psikologi akhir-akhir ini menujukkan suatu perkembangan yang kondusif berkenaan dengan dialog spiritual. Metode ini berawal dari Victor E. Frankl. Beliau merupakan seorang neuro-psikiater kelahiran Wina, Austria yang berhasil selamat keluar dari camp konsentrasi maut Nazi pada perang Dunia II, melalui usahanya untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan hidup bemakna (the will to meaning). Ternyata harapan untuk hidup bermakna dapat dikembangkan dalam berbagai kondisi, baik dalam keadaan normal, maupun dalam penderitaan (suffering), misalnya dalam kondisi sakit (pain), salah (guit).
Kahampaan eksistensial biasanya muncul dalam perilaku yang menunjukkan perasaan serba hampa, gersang, dan kebosanan yang berlebihan. Menurut Frankl , faktor yang menyebabkan meluasnya kehampaan eksistensial adalah dianutnya ideologi-ideologi tentang manusia bercorak reduksioistik, pandeterminisme, serta teori-teori homostatis.


Macquarrie, J.,1960 An Existentialist Theolog, London, SCM Press LTD
Mueller, S.J.J.J.,
1996 Kamus Filsafat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar