ALZHEIMER’S
DISEASE
Alzheimer’s
disease adalah suatu bentuk deteriorasi mental yang
progresif. Gangguan ini mungkin penyebab dementia yang sangat umun di kalangan
orang-orang tua. Alzheimer’s disease dialami
wanita tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pria. Orang yang mengalami
gangguan ini akan mengalami deteriorasi progresif dalam fungsi mental yang
meliputi ingatan, bahasa, dan pemecahan masalah (Crystal, 1988; Wilson &
Kaszniak, 1986). Hal yang menyangkut ingatan adalah individu menjadi lupa .
Akan tetapi sifat pelupa itu sendiri bukan merupakan indikasi adanya Alzheimer’s disease (Davies, 1988). Misalnya, seseorang yang lupa
akan tempat dimana dia telah meletakan gelas. Kehilangan ingatan ini mungkin
secara normal terjadi sebagai bagian
dari proses usia lanjut, tetapi kecurigaan akan Alzheimer’s disease
muncul bila gangguan kognitif
mempengaruhi kemampuan individu untuk berfungsi dalam pekerjaan sehri-hari dan
peran-peran sosial.
Alzheimer’s disease
diduga akan menimpa keturuan dari orang yang menderita gangguan ini . Semakin
cepat timbulnya Alzheimer’s disease, maka semakin besar juga kemungkinan
keturunan dari orang tersebut mengalami gangguan ini.
Dementia Alzheimer
adalah suatu penyakit bukan hanya degenerasi otak dari orang – orang yang sudah
lanjut usia. Kerusakan otak pertama-tama terjadi pada selaput otak dan
hippocampus yaitu daerah-daerah otak
yang sangat penting untuk fungsi-fungsi kognitif dan ingatan . Pada tahap-tahap
awal, penderita biasanya menjadi pelupa, masalah utamanya adalah ingatan jangka
pendek , dan dalam beberapa kasus masalh
dengan ingatan jangka pendek itu begitu hebat sehingga individu tidak mampu
mempertahankan ingatan cukup lama untuk melakukan tindakan yang memiliki
tujuan. Masalah ini disebut dengan abulia kognitif. Misalnya, seorang individu
memasuki suatu ruangan untuk melakukan sesuatu, tetapi begitu sudah berada dalm
ruangan itu, ia mungkin sama sekali lupa mengapa ia pergi keruangan itu. Hal
itu kadang-kadang terjadi pada orang yang normal, tetapi pada pasien
Alzheimer’s disease masalah tersebut
selalu terjadi.
Ciri-ciri penyakit
Alzheimer’s disease
Pada tahap awal umumnya
pengaruh-pengaruhnya hanya terbatas pada kesulitan-kesulitan ingatan
Ketika Alzheimer’s
disease itu berkembang , maka orang kan mengalami kesulitan untuk pergi ke toilet dan mandi sendiri
(Reisberg, et al., 1986). Terjadi celah-celah yang besar dalam ingatan mereka
terhadap peristwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang baru saja terjadi.
Tidak dapat mengingat alamat atau mereka mungkin lupa akan nama dari anggota
pasangan hidup mereka (Reisberg, et al.,
1986). Mereka juga tidak dapat mengingat peristiwa-peristiwa yang jauh (ingatn
jangka panjang). Mereka pada umumnya tidak dapat mengingat nama-nama sekolah,
orang tua, dan tempat kelahiran mereka. Mereka tidak dapat berbicara dalam kalimat-kalimat lengkap dan
respons-respons verbal mungkin hanya terbatas pada beberapa kata.
Dalam tahap yang sangat
berat (tahap terakhir) dari gangguan tersebut, fungsi-fungsi kognitif menurun
sampai pada titik tidak berdaya. Fungsi ingatan jangka pendek dan jangka
panjang lama hilang. Individu tidak hanya tidak mampu mengingat apa yang
terjadi sebelumnya, tetapi ia juga tidak mampu mengenal para anggota keluarganya,
seperti anak-anaknya sendiri. Dalam tahap ini penderita Alzheimer mengalami
disorientasi dan mungkin juga tidak
mampu memelihara dirnya sendiri. masalh dengan sistem-sistem lain juga
berkembang misalnya, individu kehilangan
control memorik
Orang yang mengalami
penyakit Alzheimer juga mengalai
simtom-simtom, seperti apati, pasivitas, kehilangan energy, minat, antusiasme,
afeksi, dan kadang-kadang egosentrik, tidak peka dan tida bisa dikendalikan
(Cummings,1992). Bnayak juga orang yang mederta ini mengalami ledakan amarah
dan menyerang orang yng merawatnya. Kira-kira 30-40% para penderita
Alzheimer mengalami depresi. Halusinasi
hanya sedikit yang dialami oleh penderita Alzheimer tetapi delusi sering terjadi
kir 30-50 % mengalami delusi paranoid, seperti berfikir bahwa pasangan hidupnya
tidak etia , delusi dirampok , dsb (Wragg&Jaste, 1989)
Ada kemungkinan bahwa
indvidu mengalami suatu kebingungan kognitif dan tidak bisa mengontrol
sumber-sumber eksternal. Dengan kata lain, bukannya bekata ,”Aku tidak dapat
menemukan sesuatu karena aku sudah tua dan ingatanku hilang,” melainkan
individu mungkin berkata,” Aku tidak dapat menemukan sesuatu karena orang lain
mengambilnya tau menyembunyikannya.”
SIMTOM
Simtom-simtom utama
adalah afasia (tidak bisa bicara sma sekali) dan aprakasia ( gangguan dalm
bercakap-cakap). SImtom-simptom lain dibagi atas tiga tingkat, yakni pada tingkat pertama, daya apersepsi dan daya
ingatan kurang ada perubahan intelek, dan cepat kehilangan ingatan khususnya
pada kejadian masa sekarang, individu sangat depresif, mudah cemas, gelisah,
dan cepat marah, menjadi apatis, delirium, bingung kadang-kadang euforis,
adakalnya bertingkah laku antisocial dan immoral , terdapat juga gangguan
bahasa. Pada tingkat kedua, ganggun
intelek, emosi, dan ingatan semakin parah, bertambah depresif, sikapnya sering
bermusuhan, apatis, tetapi kemudian berganti dengan euforis, tertawa dan
menangis silih berganti, tidak tenang, suka berjalan-jalan tau berpergian tanpa
tujuan. Pada tingkat ketiga, simtom-simtom
sama seperti tingkat lanjut yang
disertai oleh penyakit-penyakit jasmaniah lain. Proses penyakit Alzheimer ini
snagat cepat dan berakhir dengan
kematian.
Daftar Pustaka:
Daftar Pustaka:
Semiun, Y., 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius
http://www.ilmukesehatan.com/artikel/penyakit-alzheimer-pdf.htmlhttp://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/juni08/05%20-%20AMIKOM_Yogyakarta_SISTEM%20PAKAR%20UNTUK%20MENDIAGNOSA%20PENYAKIT.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar